Kasih dalam Tindakan

 

Laporan Pertolongan pada Korban Topan di Republik Dominika

Mengungkapkan Kasih Guru
Meskipun dalam Kesengsaraan

Oleh Tim Penolong Los Angeles (Asal dalam bahasa Aulac)

Pada bulan September 2004, dunia terkejut dengan efek topan Charley, Frances, Ivan, dan khususnya Jeanne, yang mengakibatkan hampir 2000 orang meninggal dan ribuan orang hilang di Puerto Rico, Repulik Dominika, Haiti dan negara Karibia lainnya. Pada kesempatan ini Maha Guru Ching Hai menginstruksikan rekan inisiat untuk memberikan sumbangan bantuan kepada para korban. Karena itu, rombongan beberapa inisiat dari Center L.A. pergi menuju Republik Dominika untuk memberikan bantuan.

Setelah sepuluh jam penerbangan dari Los Angeles,  rombongan mendarat di ibu kota Dominika, Santo Domingo, siang harinya tanggal 21 September, dan setelah tiba di kota, mereka memesan hotel dan bertemu dengan para stafnya untuk bertanya tentang situasi topan di negara mereka.

Ketika rombongan mengungkapkan kasih dan keprihatinan Guru kepada korban topan, direktur NCD menjelaskan bahwa organisasi lain telah berjanji untuk membantu mereka dengan pekerjaan pertolongan tetapi harus membatalkannya pada menit-menit terakhir. Karena itu, ia sangat senang bahwa tim Guru telah muncul pada waktu kritis ini! Perwakilan NCD kemudian dengan penuh syukur membimbing kami pada daerah yang porak-poranda akibat topan, termasuk beberapa desa. Akan tetapi, jalan masuk ke salah satu desa yang dihuni 300 penduduk penuh dengan bahaya karena air yang tinggi dan arus lumpur.

Hari berikutnya, setelah kami meminta keterangan tentang suplai yang dibutuhkan oleh penduduk lokal, NCD mengirimkan dua truk dan hampir sepuluh anggota pekerja turut menemani kami ke sebuah pasar untuk membantu membeli bahan bantuan, termasuk beras, kacang, minyak goreng, gula, biskuit, buah-buhan, popok, mainan anak-anak, sabun, obat pemutih, dan peralatan kebersihan seperti sapu dan sekop. Sesudah mempelajari bahwa kami sedang menjalani misi pertolongan bencana, manajer pasar dengan baik hati menawarkan kami harga grosir dengan tambahan diskon sepuluh persen. Kami kemudian dengan cepat memasukkan barang-barang ke dalam dua truk dan langsung pergi menuju ke desa pertama pada jadwal kami.

Setelah kedatangan kami di sebuah tempat perlindungan yang aman, perwakilan setempat mengumpulkan penduduknya di luar pagar tempat berlindung sehingga kelompok penduduk desa dapat menerima pemberian. Terima kasih atas kerja sama yang erat antara petugas keamanan setempat dan anggota NCD. Berkat mereka, distribusi hadiah dapat berjalan dengan sangat lancar. Melihat penduduk setempat merasakan kehangatan dan penghiburan atas barang-barang yang mereka terima dan juga membaca buku contoh Guru dalam bahasa Spanyol; hal ini sungguh mengangkat semangat kami, dan memberi kami banyak kegembiraan karena telah memiliki kesempatan untuk melayani orang lain dan membagikan kasih Guru. Saat kami berkendaraan di sepanjang jalan yang sempit dan tidak rata dan melewati banyak rumah reyot, penduduk lokal berdiri di pinggir jalan melambaikan tangan mereka dan berteriak, “Bravo! Bravo! Terima kasih! Gracias!“ Kami lalu dengan diam-diam berterima kasih pada Guru karena telah membawa sinar kebahagiaan dan penghiburan pada saudara dan saudari di negara yang jauh ini.

Keesokan paginya, kembali dengan truk penuh muatan, rombongan kami dan beberapa anggota NCD berangkat langsung ke desa kedua dalam rencana perjalanan kami. Dalam perjalanan, kami bertemu dengan walikota, yang memperingatkan kami akan kondisi jalan di depan yang berbahaya. Tetapi kami tidak dapat dihalangi, dan meyakinkannya bahwa  justru karena kondisi perjalanan yang sulit yang dialami penduduk setempatlah sehingga kami harus terus melanjutkan misi penyelamatan kami. Walikota kemudian berharap semoga perjalanan kami aman dan kami melanjutkan perjalanan. Karena jalan-jalan menuju desa rusak, perjalanan tim penolong terbatas dalam satu truk. Jalan yang berlumpur menuju desa berkelak-kelok melalui banyak ladang tebu yang telah dirusak oleh angin topan. Sekali-kali, cabang pohon yang rendah dan kabel listrik membawa bahaya bagi mereka yang duduk di atas truk, dan hujan yang deras mengakibatkan setiap orang menjadi basah kuyup, dan menambah semakin banyak risiko pada perjalanan yang sudah berbahaya tersebut. Lebih lagi, truk terus-menerus terjebak di dalam lumpur, tetapi Guru mengatur segalanya dengan lancar sehingga seorang petani lokal dengan sukarela membawa kami ke desa dengan traktornya. Setiap kali truk kami terperangkap di dalam lumpur, ia menggunakan sebuah rantai untuk menarik kami keluar. Lalu, setelah dua jam perjalanan di atas jalan berlumpur, kami akhirnya tiba pada tempat tujuan kami.

Karena tidak ada satupun dinas pemerintah atau badan swasta mampu menjangkau daerah ini, penduduk setempat sangat gembira melihat tim penolong Guru. Penduduk desa hidup tanpa makanan selama berhari-hari dan minum air berlumpur untuk memuaskan rasa haus mereka! Kali ini dengan lebih banyak pengalaman, kami membagi barang bantuan ke dalam empat kelompok. Yang pertama terdiri dari biskuit dan buah-buahan, yang dibagikan ke setiap orang, tua dan muda sama. Kelompok barang kedua dan ketiga adalah untuk pria dan wanita, yang berbaris terpisah untuk menerima kebutuhan keluarga seperti beras, kacang, gula, minyak goreng, sabun, pemutih, dan alat kebersihan. Kelompok barang keempat adalah untuk anak-anak, dan termasuk pakaian, buku, dan mainan. Tempat tambahan kecil dirancang untuk membagikan popok untuk keluarga dengan bayi kecil. Prosedur pembagian ini berjalan dengan baik dan separuh dari suplai di atas truk dibagikan di perhentian ini. Kemudian, setelah mempelajari bahwa ada desa terpencil yang dihuni orang Haiti di dekat situ yang sangat membutuhkan suplai bantuan, akan tetapi meskipun pada kenyataannya kegelapan mulai turun dan kami merasa kelelahan, kami terus pergi dengan hati riang untuk melanjutkan pekerjaan penyelamatan.

Dituntun oleh cahaya bulan yang mendekati purnama, kami sampai di lokasi baru, sekitar satu jam perjalanan dari desa terakhir. Saat itu sungguh mengesankan, meskipun dalam keadaan gelap dan sedang amat membutuhkan, penduduk desa berbaris dengan sabar dan menunggu giliran mereka untuk bahan bantuan, tidak juga mendorong satu sama lain atau menuntut apa pun. Desa ini sangatlah miskin sehingga bahkan anak berumur empat atau lima tahun kekurangan pakaian yang memadai untuk menutupi tubuh mereka. Meskipun kaki penduduk desa terbenam di dalam lumpur, senyum di wajah mereka berseri-seri dan polos, mengingatkan kami akan mekarnya teratai murni yang memancarkan keharuman yang manis di kolam air dan berlumpur. Saat itu sekitar tengah malam ketika proses distribusi selesai, dan kami kembali ke hotel kami dengan hati riang, gembira, kami dengan diam-diam bersyukur pada Guru, yang telah memberkati kami dengan suatu hari usaha pertolongan yang berhasil dengan baik.

Hari berikutnya, tanggal 24 September, kami meminta keterangan di NCD mengenai daerah rusak lainnya, dan seorang anggota pekerja berkata bahwa dua desa lagi yang rusak terletak sekitar 90 kilometer sebelah timur laut dari San Pedro de Macoris, tetapi jalannya terhalang oleh jembatan yang rubuh. Staf NCD bertanya apakah kami mengetahui suatu cara untuk menolong, dan saat kami diam berdoa pada Guru batin, kami berkata pada mereka bahwa jika setiap orang bekerja sama, kami dapat mencapai sana. Para pekerja sungguh senang dengan jawaban ini dan menawarkan bantuan mereka apa pun yang kami butuhkan. Karena itu, sekali lagi kami pergi bersama mereka untuk membeli bahan bantuan, menyiapkan semua bahan keperluan, dan berencana untuk mulai ekspedisi pertolongan lain hari berikutnya.

Kali ini, dengan memperhatikan meningkatnya jumlah korban yang membutuhkan bantuan, kami memikirkan cara yang lebih ekonomis untuk membeli butir padi; yaitu, dalam jumlah borongan daripada dalam karung sebelum dipak yang lebih kecil seperti yang telah kami lakukan sebelumnya. Sebagian besar beras kemudian secara efisien dibagi-bagi ke dalam kantung yang lebih kecil oleh staf NCD. Saat kami sedang membayar barang dan menyiapkan barang-barang lain, kru NCD sudah mengangkutnya kembali ke kantor pusat mereka untuk memulai proses pengepakan ulang. Dan ketika kami kembali ke kantor pusat NCD, semua barang telah dipisah-pisah dan ditimbun ke atas dua truk.

Saat itu masih malam ketika truk mulai meluncur keluar dari kantor pusat NCD, dan sekitar pukul 9 malam kami akhirnya sampai di desa terjauh yang dapat dijangkau oleh truk tersebut. Sesudah mendengar kami menjelaskan apa yang akan kami lakukan, kepala desa menyarankan kami bahwa jalan terbaik adalah meninggalkan suplai bantuan dan mengizinkannya untuk mengawasi pendistribusiannya nanti karena jembatan yang rubuh. Akan tetapi, setelah kami berkata padanya bahwa meski sesulit apa pun kami dengan tulus ingin membagikan barang secara pribadi, dan dengan berkat Tuhan dan bantuan dari mereka yang terlibat, kami berharap untuk melihat keseluruhan proses, kepala desa melunak dan menawarkan diri untuk menemani kami.

Truk kami kemudian sampai di jembatan yang rubuh, dan meskipun aliran arus di tengah-tengah hutan yang luas dan gelap kami tetap penuh harapan. Selanjutnya, saat sedang melihat pada sisi lain dari jembatan, kami melihat seorang pria muda di atas sepeda motor yang tiba-tiba muncul entah dari mana, dan dengan demikian membuat kami gembira mengetahui bahwa Guru telah mengatur segalanya. Dengan berteriak dari salah satu sisi sungai ke sisi lain, kami dengan gembira menceritakan maksud kami pada pria muda tersebut dan ketika ia menyadari bahwa kami sedang membawa makanan untuk warganya, ia dengan cepat kembali ke desa untuk melaporkan berita baik ini pada kepada desanya.

Saat sinar bulan yang terang menuntun kami dari atas, kami menggunakan cabang-cabang pohon yang jatuh untuk membuat jembatan penyeberangan sementara melintasi air yang dangkal dan memindahkan bahan bantuan dari satu sisi sungai ke sisi lain. Saat yang menyentuh untuk melihat kepada desa pertama, yang pada mulanya meragukan ketulusan kami, pada akhirnya menjadi salah satu pekerja yang paling keras dalam kelompok kami; ia juga berdiri di bagian arus yang paling kuat dan paling cepat saat kami memindahkan suplai pertolongan melewati arus tersebut. Sementara barang-barang diangkut ke daratan satunya, kepala desa kedua, yang telah menerima pemberitahuan dari pria muda, datang dengan sebuah truk untuk memuat suplai bantuan untuk didistribusikan ke warganya.

Setelah bekerja dengan tim penolong sepanjang malam, kepada desa pertama kemudian dapat memperkenalkan Guru kepada warga desa, dan bercerita tentang diri-Nya dengan ketulusan yang besar, keyakinan dan penghormatan seakan-seakan ia telah lama mengenal Guru. Pidatonya merupakan saat yang menyentuh dan menggembirakan bagi setiap orang yang hadir. Setelah kami menyelesaikan pendistribusian di tempat ini, kepala desa kedua memberitahu kami bahwa masih ada desa lain yang membutuhkan bantuan, tetapi kami harus menyeberang jembatan yang rubuh lagi untuk sampai di sana! Saat itu sudah hampir pukul dua dini hari, tetapi kami semua merasa sangat bahagia dan perasaan ini terus menopang kami. Karena itu, sekali lagi, kami memindahkan bahan bantuan melewati jembatan pengganti sementara ke tangan korban bencana lainnya yang mati-matian membutuhkannya. Setelah pekerjaan selesai, saat itu sudah siang hari pada saat kami sampai kembali ke hotel kami.

Siang itu, pegawai NCD mengundang kami kembali ke kantor pusat mereka dan mengungkapkan rasa syukur mereka pada Guru, yang telah mencintai dan menolong korban bencana yang telah menjadi tuna wisma dari negara mereka. Staf NCD juga mengeluarkan sebuah pernyataan untuk mengungkapkan rasa hormat mereka pada Guru. Kami sebagai gantinya memberikan organisasi tersebut sebuah foto Guru berukuran besar dan beberapa buku-Nya serta kaset audio dan video sehingga siapa pun yang memiliki jodoh dengan-Nya dapat belajar dari ajaran-Nya.

Selama proyek pertolongan bencana September 2004 di Republik Dominika, berkat dan pengaturan Guru dapat dilihat pada setiap tahap langkah secara mendetail, pada saat para inisiat Los Angeles bekerja sama dengan penduduk setempat yang baik, antusias, dan suka menolong untuk membawa bantuan bagi korban angin topan di negara mereka. Terima kasih, Guru, telah memberi kami kesempatan belajar yang berharga ini.

~~Surat Penghargaan