Satu Dunia dalam Kasih

 

Segera Sesudah Bencana di Indonesia,
Semangat Persaudaraan Internasional Meluas


Oleh Grup Berita Yogyakarta, Indonesia
(Asal dalam bahasa Indonesia)

Pada tanggal 27 Mei, Indonesia terkena gempa bumi dahsyat dengan kekuatan 6,3 pada skala Richter. Pusat gempa berada dekat pantai selatan Pulau Jawa, 20 kilometer sebelah selatan kota kraton Yogyakarta. Kabupaten Bantul, yang terletak di antara pusat gempa dan Yogyakarta, mengalami kerusakan yang sangat parah. Dari 26 pusat kesehatan yang ada, 16 mengalami kerusakan parah. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan adalah hal yang paling dibutuhkan setelah terjadinya gempa bumi. 1

Tanggapan dunia internasional terhadap gempa bumi tersebut berjalan cepat dan efektif, dengan lebih dari 20 negara ikut serta dalam upaya penyelamatan. Angkatan bersenjata AS secara khusus memberikan bantuan medis dalam bentuk perangkat modern, personel berpengalaman, dan barang-barang yang paling dibutuhkan. Angkatan Udara dari Guam ♥♥♥♥ dengan tim Angkatan Laut dari USNS Mercy ♥♥♥♥ USS Essex ♥♥♥♥ dan Angkatan Laut  Ekspedisi Ketiga (the Third Marine Expeditionary Force) dari Okinawa ♥♥♥♥ bekerja sama untuk melayani penduduk Indonesia. Tim USNS Mercy datang ke Indonesia dari pangkalan kapal mereka di Filipina. Ketika itu, kapal yang merupakan rumah sakit itu sedang digunakan untuk memberikan bantuan medis dan membantu membangun kembali  kawasan Jolo yang telah tertimpa tanah longsor pada bulan Februari yang lalu. 2

Upaya bantuan medis Amerika di Indonesia dipusatkan di Stadion Pacar yang merupakan stadion sepak bola di Kabupaten Bantul. Angkatan Laut Ekspedisi Ketiga, dengan sebuah tim yang beranggotakan lebih dari 100 orang, telah mendirikan rumah sakit bergerak di tempat itu. Fasilitas yang tersedia di antaranya adalah pusat trauma, sebuah laboratorium, dan kamar bedah bergerak. Dalam beberapa hari sejak kedatangan mereka, para dokter dari korps Angkatan Laut tersebut telah merawat ratusan orang dan menyelamatkan banyak orang.

Pada tanggal 5 Juni, para inisiat Center Yogyakarta mengunjungi rumah sakit bergerak.  Mereka disambut oleh Letnan Pertama Eric Tausch, juru bicara tim medis Korps Angkatan Laut Amerika Serikat.  Letnan Tausch menerangkan bahwa timnya pernah memberi bantuan di Sri Lanka, Indonesia, dan Thailand pada saat tsunami tahun 2004, serta di Pakistan setelah gempa bumi tahun 2005. “Saat Anda menolong orang, Anda menjadi teman,” kata Tausch.  Suatu semangat persaudaraan internasional meliputi rumah sakit tersebut. Tim medis yang terdiri dari orang-orang Indonesia, Filipina, Australia, dan Amerika bekerja berdampingan dengan Angkatan Darat setempat untuk menyelesaikan tujuan mereka bersama dalam memberikan pelayanan terbaik kepada para korban. 3

Selain rumah sakit di Stadion Pacar, ada juga tim medis yang bergerak. Para anggotanya diberi tugas untuk menemukan orang-orang yang terluka atau sakit serta membawanya ke stadion untuk diobati. Para anggota keluarga korban juga diizinkan untuk berada di sebuah perkemahan lapangan di stadion sementara si pasien sedang menjalani pengobatan. Letnan Tausch memberikan para inisiat tur singkat terhadap fasilitas di sana. Di dalam tenda operasi, para inisiat sangat terkesan dengan kasih yang dokter berikan saat mengobati para pasien yang terluka parah.

Pada akhir kunjungan, Letnan Tausch berbagi beberapa pengalamannya dengan para inisiat. Dia hampir meneteskan air mata ketika menjelaskan bagaimana seorang ayah telah mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan anak-anaknya saat rumahnya sedang terbakar dan hampir ambruk. Letnan Tausch juga terkesan dengan ketabahan penduduk Indonesia. Walaupun berada dalam penderitaan, mereka tetap sopan dan sabar. Mereka bahkan berusaha untuk tersenyum ketika menerima pengobatan medis.

Para inisiat dengan tulus berterima kasih kepada Letnan Tausch dan tim medisnya atas upaya kasih mereka untuk menolong para korban gempa bumi. Dia membalas dengan kerendahan hati bahwa dia mendapat kehormatan atas kesempatan untuk melayani para korban gempa bumi. Sebagai suatu tanda penghargaan kepada mereka, para praktisi memberikan foto kecil Maha Guru Ching Hai yang diterimanya dengan perasaan bersyukur.

Beritahu teman tentang artikel ini