Menciptakan Perkampungan Global yang Vegetarian dan Welas Asih
 
Laos

Kasih Tuhan Mengubah sebuah Tantangan
Menjadi Kesuksesan

Laporan gabungan oleh Grup Berita Taoyuan, Formosa
(Asal dalam bahasa Cina
)

Pada tanggal 4 Mei 2006 Tahun Emas 3 (2006), satu regu terdiri dari sembilan belas orang inisiat dari Formosa terbang ke Laos untuk membagikan selebaran ‘Cara Hidup Alternatif’. Kami membawa 75.000 selebaran selama 4 hari perjalanan. Satu sisi dicetak dalam bahasa Prancis dan sisi lainnya dalam bahasa Lao. Laos adalah sebuah negara pedalaman di Semenanjung Indocina, sebelah utaranya berbatasan dengan Cina, sebelah timur berbatasan dengan Au Lac, sebelah selatan dengan Kamboja dan Thailand, dan di sebelah barat berbatasan dengan Myanmar.

Sebelum berangkat, kami diberi tahu bahwa siswa penghubung dan rekan-rekan sepelatihan di Laos mungkin tidak dapat secara terbuka membantu kami sehubungan dengan situasi politik di negara itu. Oleh karena itu kami mencari informasi di Internet mengenai kota-kota besar di Laos untuk merencanakan perjalanan kami.

Kami tiba pada pukul 6 sore di Ibu Kota Vientiane. Kami tinggal di hotel milik Bapak Wu, seorang pengusaha Formosa yang berpengaruh di sana. Ia adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk membantu kami. Menyadari tujuan perjalanan kami, ia dengan tulus memberi bantuan dan perhatian. Setelah berdiskusi, kami memutuskan untuk menjadikan Kota Vientiane yang merupakan kota terbesar, juga Vang Vieng, dan Luang Prabang sebagai tujuan utama kami untuk pembagian selebaran. Bapak Wu mengingatkan kami tentang keselamatan pribadi kami. Ia menjelaskan bahwa persoalan agama adalah hal yang sensitif di Laos.

 

Pada tanggal 5 Mei, kami dibagi ke dalam dua grup dan mulai membagikan selebaran di Vientiane dan Vang Vieng. Kami juga berhubungan dengan siswa penghubung setempat dan ia membantu kami untuk mendatangi Vientiane Daily News (Berita Harian Vientiane), surat kabar yang paling banyak dibaca di Vientiane, untuk mengumumkan pesan ‘Cara Hidup Alternatif’ di tempat yang mencolok untuk empat hari berturut-turut. Ia juga membantu kami untuk lebih mengerti situasi setempat.

Setiba di Vang Vieng, kami bertemu dengan banyak turis asing, di antara mereka terdapat seorang wanita cantik berambut pirang. Setelah menerima selebaran, ia berseru dengan gembira, ”Tuhan! Saya sungguh tidak dapat percaya dengan mata saya sendiri. Saya seorang vegetarian dan saya datang dari Los Angeles. Kalian sungguh hebat! Kalian menakjubkan! Saya pasti akan membantu kalian. Hati-hati di setiap jalan. Tuhan senantiasa menjaga kalian.” Di bawah sengatan matahari yang sangat panas, kata-katanya merupakan nektar dingin yang menyejukkan hati kami. Ketika penduduk setempat menerima selebaran, mereka selalu berterima kasih kepada kami dan dengan segera mulai membacanya. Di sekolah dasar, para murid mengerumuni kami untuk meminta selebaran. Mereka polos dan wajah mereka penuh dengan semangat. Kami juga membagikan permen dan alat-alat tulis kepada mereka.

Selama dua hari berikutnya, kami bekerja dalam dua grup. Satu grup mengambil penerbangan domestik ke Luang Prabang, sedangkan grup yang lain pergi ke kota-kota yang padat penduduknya di sekitar Vientiane. Regu Vientiane yang terdiri dari sebelas orang inisiat pergi ke selatan dan membagi selebaran di desa-desa di sepanjang jalan. Selama perjalanan, kami melihat ekspresi suram dan gugup dari supir dan pemandu kami. Kami berharap agar kami dapat memikirkan beberapa kata untuk mengurangi kegelisahan mereka. Saat kami berhenti di sebuah perkampungan, beberapa orang pejabat provinsi di dalam mobil menghampiri dan menanyai kami. Pemandu kami bertindak sebagai juru bahasa dan menjelaskan tujuan kami pada mereka. Setelah mengerti tujuan kami, sikap dari pejabat tersebut dengan cepat berubah dan mereka dengan tulus berterima kasih atas bantuan kami yang welas asih. Sebelum meninggalkan kami, mereka menangkupkan kedua tangan mereka sebagai tanda terima kasih. Supir dan pemandu kami akhirnya dapat tersenyum dan kemudian bergabung dengan kami dalam pembagian selebaran. Mereka bahkan meminta beberapa selebaran untuk kerabat, rekan, dan teman sekolah mereka.

Grup yang lain berencana untuk membagi selebaran di Luang Prabang selama dua hari. Saat mereka mencoba untuk menyewa sebuah mobil, mereka bertemu dengan malaikat lain yang di kirim Tuhan – seorang supir yang dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Ia masih muda dan baik hati, maka ia menjadi supir, pemandu, sekaligus juru bahasa kami. Ia kemudian juga bergabung dalam pembagian selebaran! Ia membawa mereka melewati hampir semua jalan besar dan jalan sempit di Luang Prabang, termasuk perkampungan terdekat sehingga mereka dapat dengan lancar menyelesaikan tugas mereka.

Pada tanggal 6 Mei, kami bertemu seorang pengusaha Prancis yang telah bertahun-tahun tinggal di Laos. Saat ia membaca selebaran, ia berlari dan menarik lengan baju seorang rekan inisiat. Dengan sangat gembira, ia berkata,” Tuhan! Ini sungguh luar biasa! Seseorang seharusnya tampil dan mengatakan kata-kata ini sejak dahulu. Kalian datang tepat waktu. Bagaimana sesungguhnya grup kalian? Dari mana kalian berasal? Kalian sungguh mulia! Dunia ini terlalu kejam! Manusia sungguh tidak seharusnya membunuh binatang untuk dimakan. Ini sungguh bertentangan dengan kehendak Tuhan! Kita seharusnya melindungi planet ini! Gagasan kalian sungguh hebat! Saya pasti akan mengunjungi grup kalian di Internet, saya akan menjelaskan pesan ini ke penduduk setempat, dan juga ke teman-teman saya sepulang ke rumah. Kami berharap kalian semua sukses dalam memajukan paham vegetarian. Selamat!”

Saat kami hendak meninggalkan Luang Prabang pada tanggal 7 Mei, supir kami membantu menyelesaikan semua prosedur pendaftaran dan kemudian muncul dan duduk di samping pemimpin regu kami dengan mata merah. Saat menahan air matanya, ia berkata, “Kalian akan berangkat sekarang, izinkan saya untuk berterima kasih atas nama seluruh penduduk Luang Prabang dan provinsi-provinsi yang berdekatan atas perbuatan welas asih kalian. Di daerah kota dan pedesaan, kalian bahkan mendaki bukit hanya untuk satu rumah tangga yang terlupa, menempuh upaya untuk sampai di sana. Saya sungguh tersentuh! Selain itu, saya juga harus meminta maaf kepada kalian karena di hari pertama saya takut kalau pekerjaan ini akan membawa masalah bagi saya sehingga saya dengan sengaja menjauhi kalian. Akan tetapi, ketulusan dan welas asih kalian telah mengubah saya. Kalian semua sangat baik. Apakah mereka itu orang dewasa atau anak-anak, miskin, kotor, buta huruf, kalian selalu menyambutnya dengan hangat dan membuat setiap orang merasa dihormati. Saat melihat anak kecil, kalian dengan penuh kasih akan memberi mereka permen dan alat-alat tulis. Saat makan, kalian dengan dermawan akan berbagi makanan kalian dengan penduduk di sana. Ketika kalian menjumpai para biarawan, kalian dengan sopan menundukkan kepala kepada mereka. Saya tidak pernah membayangkan bahwa kita dapat memperlakukan satu sama lain begitu baik. Saya mengamati kewelasasihan kalian dengan mata saya sendiri. Saya melihat kalian bekerja begitu keras di bawah terik matahari, bergegas dari satu perkampungan ke perkampungan yang lain walaupun kalian dalam keadaan lapar. Saya sangat, sangat tersentuh! Saya juga banyak belajar.” Saat ia berbicara, pemimpin regu menerjemahkannya bagi kami. Semua rekan inisiat tersentuh oleh kata-katanya yang tulus dan beberapa dari kami bahkan meneteskan air mata.

Pada malam tanggal 7 Mei, kami mengatur sebuah jamuan makan malam bersama dengan rekan inisiat setempat di hotel. Walaupun terdapat rintangan bahasa, itu tidak menghalangi perasaan kami bahwa kami adalah satu keluarga. Dari percakapan itu, kami menjadi sadar akan kenyataan bahwa rekan inisiat setempat belum pernah melihat Guru, dan kebanyakan dari mereka tak mempunyai selembar pun foto Guru maupun Busana Surgawi. Oleh karena itu, kami dengan segera memberi mereka semua foto Guru dan Busana Surgawi yang kami bawa. Kami menyebutkan bahwa sejauh ini kami sudah membagi 55.000 selebaran, tapi masih tersisa 20.000 lembar. Inisiat setempat dengan sukarela menyelesaikan pembagian selebaran yang tersisa. Kemudian kami menyadari bahwa Tuhan telah mengatur perjalanan ini untuk membantu inisiat setempat memperkuat keteguhan hati dan kepercayaan mereka kepada Tuhan sehingga mereka dapat melanjutkan perjalanan di jalur rohani dengan tekun.

Perjalanan ke Laos memperlihatkan kepada kami bahwa Tuhan telah menggunakan kami untuk mengubah pikiran negatif, rasa takut, dan rasa curiga menjadi pikiran positif, berani, dan percaya. Pada hari pertama, para pejabat setempat sangat curiga kepada kami, tetapi pada hari keberangkatan kami, mereka memandang kami dengan cara sangat positif! Yang paling menakjubkan kami adalah perubahan dramatis dari rekan inisiat setempat yang sekarang memperlihatkan semangat mereka yang tidak takut!

 

  <<
Beritahu teman tentang artikel ini