Kasih Dalam Tindakan

Laporan dari Korea

Seoul

 

Kasih Tuhan Menyediakan Arus Hangat di Musim Dingin

Oleh Grup Berita Seoul (Asal dalam bahasa Korea)

Pada tanggal 22 dan 26 November 2005, para inisiat Seoul mengunjungi kota Poi-dong dan wilayah Gaepo-dong untuk mengirimkan kasih Guru serta bantuan yang dibutuhkan dalam bentuk hadiah Natal yang khusus. Di daerah ini pasokan listrik ke banyak rumah sangat terbatas sehingga para penduduk sangat membutuhkan bantuan selama musim dingin ini. Setiap keluarga menerima 200.000 Won (USD 200) dan dua karung beras (10 kg/karung).

Poi dan Gaepo adalah wilayah yang berpenghasilan rendah. Penduduk di sana menghidupi keluarga mereka dengan mendorong kereta yang ditarik dengan sepeda dan memungut sampah besi, botol gelas, dan lain-lain. Dengan bantuan Perusahaan Listik Korea, rekan-rekan sepelatihan dapat menemukan tiga belas rumah tangga miskin yang pasokan listriknya terbatas karena ketidakmampuan mereka membayar rekening listrik.

Sebagai tambahan, kebanyakan keluarga yang dikunjungi inisiat tidak memiliki hak mendapatkan bantuan kesejahteraan sosial sehingga mereka tidak pernah menerima bantuan apa pun. Oleh karenanya, ketika rekan-rekan sepelatihan menghubungi mereka, mereka sangat terkejut, dan semua orang menanyakan pertanyaan yang sama: ”Bagaimana kalian menemukan kami?” Di Korea Selatan, mereka yang digolongkan sebagai penerima kesejahteraan sosial sering dibantu oleh organisasi amal. Sangat kontras, banyak rumah tangga yang tidak mampu membayar tagihan listrik dan sangat memerlukan bantuan, akan tetapi tidak berada dalam daftar kesejahteraan sosial hanya karena mereka gagal untuk memenuhi kriteria yang ditentukan oleh pemerintah. Bahkan, seorang penduduk cacat dari daerah Gaepo mengeluh kepada inisiat, “Masyarakat hanya membantu keluarga malang yang kelihatan, sementara ada lebih banyak orang yang putus asa yang berada dalam kesulitan.” Jadi, ketika saudara dan saudari sepelatihan memberitahukan bahwa mereka membantu penduduk lokal yang pasokan listriknya telah dikurangi, orang itu memuji dan berterima kasih kepada mereka sambil berkata, “Kalian melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan.”

Hampir semua rumah tangga yang dibantu oleh inisiat mempunyai cerita yang menyedihkan untuk diceritakan. Kebanyakan dari mereka adalah wanita tua yang membesarkan cucu mereka sendiran dan tidak dapat menerima bantuan karena mereka tidak memenuhi syarat pemerintah yang telah disebutkan di atas. Oleh karenanya, sangatlah sulit bagi mereka untuk hidup tanpa bantuan dari luar. Sebagai contoh, seorang wanita tua membesarkan cucu laki-lakinya sendirian dan tidak sanggup membayar uang sekolah anak tersebut. Mendengar hal ini, para inisiat menyediakan uang sekolah tersebut sehingga membuat sang nenek merasa sangat berterima kasih.

Di rumah tangga yang lain, penghuninya sedang berada dalam kesusahan luar biasa karena sang paman sedang berusaha membesarkan keponakan laki-lakinya, akan tetapi ia sulit untuk mendapatkan pekerjaan setelah bebas dari penjara. Dan dalam kasus yang lain, seorang ibu tunggal yang telah dilanda serangkaian kemalangan keuangan sedang berjuang untuk membesarkan anak laki-lakinya dan membayar utangnya. Maka, ketika inisiat memberikan hadiah dari Guru kepada wanita putus asa ini, dia sangat bersuka cita dan meledak dalam tangisan. Dia berulang-ulang berterima kasih dan mengungkapkan keinginannya untuk mempelajari ajaran Guru sambil berkata, “Saya ingin lebih mengenal-Nya.”

Juga, di antara keluarga yang dikunjungi, ada dua orang yang menolak menerima bantuan dari inisiat dan berkata, ”Ada orang yang lebih miskin daripada kami. Silakan membantu mereka.” Atas usul mereka, inisiat mengunjungi lagi satu keluarga yang paling membutuhkan bantuan di daerah itu dan menyampaikan perhatian dari sang tetangga berikut dengan hadiah mereka.

Oleh karenanya, walaupun salju yang tebal dan kesulitan di musim dingin yang paling dingin selama tiga puluh tahun di Korea, para inisiat Seoul secara konsisten merasakan kehangatan dari orang-orang yang mereka bantu melalui proyek bantuan Poi-dong dan Gaepo-dong, karena Tuhan melimpahkan kasih karunia-Nya melalui bantuan material yang dibutuhkan. Para inisiat pada akhirnya berterima kasih kepada Guru karena telah mengizinkan mereka membantu mereka yang kurang beruntung dan berdoa semoga semua yang berada dalam penderitaan dapat memperoleh kedamaian serta kebahagiaan. 


Busan

Merasakan Inti dari Hari Natal dengan Melayani Mereka yang Membutuhkan

Oleh Grup Berita Busan (Asal dalam bahasa Korea)

Pada malam Natal 2005, rekan-rekan inisiat dari Center Busan mempersiapkan makanan vegetarian yang lezat dan pakaian hangat untuk para tunawisma yang tinggal di tempat penampungan dekat stasiun Busan yang menghubungkan Busan dengan Seoul.

Kebanyakan tempat penampungan di sekitar Stasiun Busan menerima sumbangan dari perorangan atau pemerintah setempat. Akan tetapi, bantuan ini tidak selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, terutama selama musim liburan. Pada Natal tahun ini, salah satu tempat penampungan mungkin tidak bisa menyediakan makanan untuk kaum papa, karena gereja setempat yang biasanya menyumbangkan makanan tidak mampu lagi menyediakan jumlah yang sama. Jadi, pada saat makan siang, para inisiat menyediakan sup nasi, buah-buahan, dan pakaian dalam hangat untuk 40 puluh orang tunawisma.

Jauh sebelum itu, perwakilan dari fasilitas yang lain seperti tempat penampungan Blue Cross, juga meminta bantuan karena mereka biasanya melayani kaum miskin dengan sarapan dan makan malam, tetapi tidak makan siang. Jadi, karena para inisiat telah menyiapkan makanan ekstra, maka dengan gembira mereka pergi ke sana dan menghidangkan sup nasi kepada sekitar 80 orang. Kebanyakan dari mereka merasa sangat tersentuh dan menghargai hidangan ini. Semua tamu juga menerima pakaian dalam musim dingin yang hangat karena musim dingin di Korea sangat dingin, dan selama musim ini pakaian dalam termasuk kebutuhan pokok bagi semua orang. Setelah menerima makanan dan hadiah, perasaan terima kasih yang terpancar dari hati mereka begitu jelas terlihat. Hal ini merupakan hadiah terbaik bagi para inisiat. Selain membantu para tunawisma, para inisiat juga memberikan 30 kotak mi vegetarian untuk kaum jompo yang hidup sendirian di Bugok-dong.

Para inisiat di Busan dengan tulus berterima kasih kepada Guru terkasih karena telah memberi mereka kesempatan untuk menolong para kaum miskin. Mereka akan senantiasa mengingat kata-kata Guru: “Pada saat Natal, daripada menunggu hadiah, belilah hadiah untuk orang-orang yang Anda kenal, bahkan untuk mereka yang di jalanan, atau orang-orang yang tidak Anda kenal. Jika kalian keluar dan melihat para tunawisma, belikanlah hadiah untuk mereka. Itulah Natal terbaik.” Dengan demikian, sejak para inisiat melaksanakan aktifitas pemberian hadiah pada malam Natal 2005, kenikmatan batin dan kebahagiaan sejati dari pengalaman ini selalu berada dalam sanubari mereka. 


Gwangju

Menawarkan Makanan untuk Para Cacat

Oleh Grup Berita Gwangju (Asal dalam bahasa Korea)

Rumah Milal Gwangju (artinya “Rumah Benih Gandum”) dan Rumah Kebangkitan Naju adalah fasilitas pelayanan sosial untuk kaum penderita cacat mental yang dikelola oleh pastor Protestan setempat. Rumah Kebangkitan dihuni oleh 60 orang dan setiap bulannya sejak bulan November 2004 telah menerima kebutuhan sehari-hari seperti nasi, kimchi (asinan kubis pedas), pembalut untuk dewasa, dan barang-barang lainnya dari para inisiat Gwangju. Mereka telah membangun hubungan yang dekat dengan para staf dan bahkan membangun lantai baru untuk bangunan itu. Saat ini, tujuh penghuni yang tinggal di rumah Milal adalah penghuni yang pertama kali dilayani inisiat selama festival vegetarian 2005.

Pada bulan Desember 2004, saudari dan saudara sepelatihan menjanjikan staf dari dua fasilitas pelayanan sosial untuk menyediakan kimchi dan kubis seledri kepada mereka, akan tetapi barang tersebut terpaksa harus ditunda pengirimannya karena selama tiga minggu salju terus turun dengan hebat di daerah tersebut. Para inisiat telah membeli empat ratus kubis seledri dari para petani sekitar, akan tetapi mereka tidak bisa mencabutnya karena kebun kubis ditutupi oleh salju. Kubis yang dicabut setelah tiga minggu menjadi beku dan layu sehingga para inisiat harus membelinya tiga kali lipat lebih mahal daripada harga normal.

Selanjutnya, setelah melalui banyak rintangan, sejak tanggal 1 Januari 2006, para insiat menghabiskan tiga hari untuk membuat kimchi, dan pada tanggal 6-7 Januari, mereka mengirimkan 150 batang kubis ke Rumah Milal dan 150 kilogram kimchi ke Rumah Kebangkitan.

Karena mereka juga turut prihatin atas kenaikan harga kubis, perwakilan dari dua fasilitas itu menyampaikan rasa terima kasihnya yang mendalam kepada para inisiat atas kimchi dan kubis yang disediakan. Dengan demikian, penundaan pengiriman menjadi tepat waktu dan menjadi barang yang berharga bagi institusi itu. Para inisiat merasa senang ketika para penghuni dengan riang menikmati kimchi vegetarian dan banyak yang berkomentar, ”Enak!”

Melalui usaha membagikan makanan untuk Rumah Milal dan Rumah Kebangkitan, para inisiat Gwangju menyadari bahwa setelah bencana, Tuhan selalu menghibur kita melalui orang lain. Dan sekarang mereka semakin bertekad untuk memulihkan kesejahteraan di daerah mereka yang baru-baru ini tertimpa badai salju.


Inisiat Gwangju memasang lantai baru untuk gedung Rumah Kebangkitan.