Kasih dalam Tindakan

 

Laporan dari Pakistan

 

 

 

Kasih Guru Menyinari Kembali Para Korban Gempa Pakistan

Disusun oleh Grup Berita Taipei, Formosa (Asal dalam bahasa Cina)

 

Pada tanggal 8 Oktober 2005, gempa berkekuatan 7,6 skala Richter menimpa daerah di sebelah Utara Pakistan. Setelah mendengar berita tersebut, para anggota Asosiasi Internasional Maha Guru Ching Hai dengan segera memulai operasi bantuan untuk memberikan perawatan medis dan beberapa ton perbekalan bantuan untuk para korban. Tenda-tenda, syal-syal hangat, dan topi untuk berlindung dari cuaca buruk dikirim ke tempat-tempat bencana. (Untuk perinciannya, silakan lihat Majalah Berita #161). Ketika musim dingin tiba, kurangnya pakaian hangat telah menyebabkan lebih banyak korban yang terserang radang paru-paru dan membutuhkan perawatan medis. Mengetahui tentang penderitaan para korban melalui laporan berita, Maha Guru Ching Hai menginstruksikan para inisiat Formosa agar dengan segera membentuk tim medis dan membagikan pakaian musim hujan di tempat yang tertimpa gempa selama musim dingin.

Maka, para praktisi dengan segera membentuk tim medis dan tim penyediaan bahan bantuan. Tim medis meliputi saudara dan saudari dari Hong Kong, Formosa, Thailand, Cina, dan Amerika Serikat. Setelah mengetahui kebutuhan para korban akan pakaian, sekelompok inisiat Singapura melakukan perjalanan ke Pakistan untuk membeli dan mendistribusikan barang-barang tersebut pada waktu yang tepat. Jadi, keseluruhannya ada sembilan belas orang relawan dari beberapa negara yang ikut serta dalam kegiatan bantuan tersebut. Usaha bantuan dilaksanakan dari tanggal 28 Januari sampai 16 Februari dengan kelompok relawan yang bekerja secara bergiliran untuk memastikan perawatan medis gratis dan bantuan lainnya di tempat-tempat yang tertimpa bencana.

Dengan berkah Guru, tim medis pertama tiba di Islamabad, ibukota Pakistan pada tanggal 28 Januari dan dengan segera menuju kota Mansehra. Pagi hari berikutnya, para inisiat melanjutkan perjalanan ke desa Garlat yang terletak di lembah sebuah sungai yang lebar di mana lebih dari sepuluh ribu tenda berjejal di pinggiran lembah sebagai tempat penampungan sementara bagi para korban. Empat bulan telah berlalu sejak gempa bumi yang telah menyebabkan lebih dari sembilan puluh persen dari rumah-rumah di daerah tersebut runtuh; akan  tetapi masih belum ada tanda-tanda dari pekerjaan rekonstruksi. Dan bantuan dari beberapa negara di seluruh dunia hampir tidak bisa memenuhi kebutuhan dari jumlah korban yang sangat besar. Di samping itu, situasi yang suram diperburuk oleh turunnya salju di awal bulan Januari di sebagian besar daerah tersebut. Tenda-tenda kasar memberikan sedikit perlindungan untuk para penduduk yang berpakaian tipis di bawah suhu yang membekukan dan banyak dari mereka yang terserang radang paru-paru yang membutuhkan bantuan dengan segera.

Maka, pada tanggal 29 Januari, para praktisi membentuk pos perawatan medis di dalam sebuah tenda yang dipinjam dari penduduk setempat dan dengan bantuan dari kepala desa, berita tentang layanan gratis yang diberikan oleh Asosiasi Internasional Maha Guru Ching Hai menyebar dengan cepat. Lebih dari seratus orang pasien dilayani oleh tiga rekan praktisi yang berprofesi sebagai dokter. Meskipun pasien berjumlah banyak, dengan berkah Guru, para inisiat tetap bersemangat tinggi sepanjang waktu dan terus memberikan perawatan.

Selama beberapa hari berikutnya, para saudara dan saudari terus melayani penduduk dari beberapa desa yang berdekatan dengan daerah Balakot yang rusak parah. Banyak dari korban yang menderita insfeksi sistem pernapasan, asma, radang paru-paru, dan penyakit kulit. Kekurangan gizi dan kelelahan juga menyebar luas karena terlalu lama tinggal di tenda. Selain itu, sakit punggung umumnya terjadi di antara orang tua. Kesehatan yang buruk serta kurangnya sumber daya medis telah menyebabkan kerusakan gigi, infeksi telinga dan kulit, parasit usus, serta penyakit-penyakit lain di antara generasi yang lebih muda. Selama beberapa hari pertama dari usaha para inisiat, sebagian besar pasien adalah pria dan anak-anak. Belakangan, tim medis mengetahui bahwa hal ini sehubungan dengan etika agama yang melarang para wanita melakukan kontak sosial dengan orang asing di luar masyarakat setempat. Maka, pada hari keempat dan kelima, tim medis dengan penuh pengertian memulai operasi di desa yang sama dan kemudian barulah banyak wanita yang datang dan sebagian besar menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya mereka mencari pengobatan medis.

Tim bantuan Singapura juga tiba di Garlat pada tanggal 29 Januari dan mengadakan perjalanan dengan tim medis menuju desa-desa yang rusak untuk membagikan bahan-bahan bantuan kepada kira-kira tiga sampai empat ratus korban di tiap lokasi di mana para dokter menemukan banyak orang yang kekurangan gizi. Ada 4.000 bungkus susu bubuk yang masing-masing berbobot 1 kilo dan 1.200 paket bubur gandum dibagikan untuk memberikan vitamin, kalsium, dan zat besi kepada para penduduk. Para inisiat juga membagikan jaket hangat, selimut, kaus kaki, serta sepatu wanita dan anak-anak. Dan kepala desa berkata, ”Selama empat bulan ini kami telah menerima banyak sumbangan dermawan berupa air dan makanan, akan tetapi tidak ada seorang pun yang  menyertakan perlengkapan darurat berupa pakaian hangat seperti yang telah dilakukan oleh Asosiasi Internasional Maha Guru Ching Hai. Dengan demikian, para korban merasa sangat tersentuh dan berterima kasih kepada kalian dan Guru atas bantuan yang tepat pada waktunya.” Sebenarnya, hal ini terjadi karena sebelum tim bantuan memulai kegiatan mereka, Guru secara pribadi menyebutkan tentang barang-barang hangat ini.

Selama kunjungan pada bulan Oktober 2005 lalu, Bapak Ashraf telah membantu kami sebagai pemandu setempat dan saat ini ternyata kami masih mempunyai jodoh untuk bekerja bersama-sama lagi. Bapak Ashraf sangat setuju dengan ajaran Guru dan mengakui bahwa perawatan medis dan bantuan perbekalan yang diberikan atas instruksi Guru sangat istimewa dan berbeda dari kelompok-kelompok lainnya, karena anggota-anggota tim serius dalam pekerjaan mereka dan selalu bermeditasi dengan tenang selama waktu istirahat. Oleh karena itu, selama kunjungan kedua kali ini, saudara dan saudari inisiat menjelaskan kepadanya tentang kekuatan dari Metode Quan Yin, pentingnya meditasi, serta diet vegetarian. Ia kemudian menjawab, “Saya sudah menjadi vegetarian seperti kebanyakan orang di desa ini.” Bapak Ashraf kemudian belajar Metode Kemudahan dan mempunyai penglihatan spiritual yang bagus.

Kemudian, melalui bantuan juru bahasa dan pengurus setempat, pekerjaan berjalan dengan lancar dan sampai dengan tanggal 2 Februari, para inisiat telah mengobati hampir enam ratus pasien. Sepanjang usaha bantuan, para praktisi juga membagikan foto Guru yang sangat disukai oleh anak-anak setempat bersama dengan brosur “Hidup Dengan Cara Berbeda” yang mempromosikan paham vegetarian. Dengan memegang foto di tangan mereka, para pemuda berpose di depan kamera, menunjukkan bahwa keadaan mereka yang mengerikan tidak merenggut kemurnian alamiah dan iman mereka akan kemurahan Tuhan.
 

 

Catatan: Misi bantuan dan medis Asosiasi masih berlangsung dan laporan lebih lanjut akan diumumkan dalam terbitan Majalah Berita Maha Guru Ching Hai berikutnya.