Oleh Wild
Grass
Mata Kristal Guru: 1985
Telah berulang kali
rekan inisiat memuji mata kristal Guru — yang satu melambangkan
matahari dan yang lainnya melambangkan bulan — sebagai sumber yang
memberikan kehidupan baru kepada makhluk hidup. Berkenaan dengan
pengalaman spiritual ini, tak terhitung banyaknya saudara inisiat yang
pernah mengalaminya, suatu ketika Guru berkata, “ Itu belum seberapa.
Mataku kelihatan sunggguh indah saat saya bangun dari meditasi. Mereka
berkelap-kelip dalam birunya air. Sayangnya tak seorang pun yang pernah
melihatnya!”
Beruntung sekali,
bagaimanapun juga saya pernah mendapat satu kesempatan menatap mata
Guru di saat-saat seperti itu, dan menyadari sendiri bahwa apa yang
dikatakan oleh Guru itu benar.
Pengalaman itu terjadi
selama retret tiga hari yang saya hadiri sesaat setelah saya
diinisiasi. Semua orang yang ikut diharuskan untuk menulis sebuah
laporan mengenai pengalaman mereka di retret itu, dan sebagaimana saya
lihat orang lain menaruh laporan itu ke dalam ruangan Guru, maka saya
juga melakukan hal yang sama. Tapi tanpa diduga, saya melihat Guru
sedang bermeditasi. Takut bahwa saya mungkin akan mengganggunya, maka
dengan cepat saya kemudian berputar balik dan meninggalkannya.
Tetapi sebelum sampai di pintu, saya mendengar Guru berkata,
“Siapa itu?” saya kemudian dengan perlahan meletakkan laporannya di
sebelah Guru, dan pada saat itu, Dia dengan perlahan membuka mata-Nya
dan menatap saya sambil tersenyum.
Oh Tuhan, saya tidak
dapat melukiskan kesucian dan kemurnian yang memancarkan cinta kasih
dan rahmat-Nya ke alam semesta melalui mata kristal-Nya, yang membawa
mereka ke dalam sebuah lautan kasih yang tak terhingga!
Pada saat itu, saya
tiba-tiba teringat sebuah bagian dari kitab suci Buddhis The Universal Door Chapter (Bab Pintu Alam Semesta) yang
menggambarkan dimana Bodhisattva Quan Yin menatap makhluk hidup dengan
mata-Nya yang penuh welas asih. Saya kemudian merasa yakin bahwa Guru
adalah manifestasi dari Bodhisattva Quan Yin. Dan saya kemudian
menyadari bahwa Dia adalah kekuatan Maha Kuasa yang tertinggi di alam
semesta. Sejak saat itu, di tahun-tahun selanjutnya, bahkan saat sedang
menjelajahi alam-alam yang lebih tinggi di dalam mimpi, Saya tidak
pernah melihat mata yang lebih indah dari mata itu. Sekarang,
saya hanya dapat memendamnya sebagai suatu kenangan yang berharga.
Dengan memperbolehkan
makhluk hidup yang banyak jumlahnya untuk melihat wajah-Nya, mendengar
ajaran kebenaran-Nya, dan menikmati video rekaman ceramah-Nya; Guru
sering kali harus menahan mata-Nya terhadap silaunya sorotan
lampu beberapa ribu watt! Setiap saat jika saya melihat di dalam video,
Guru membersihkan matanya dengan sebuah sapu tangan atau tisu,
hati saya terasa pilu. Karena saya mengetahuinya dengan pasti bahwa Dia
menahan kesakitan yang hebat dan kesengsaraan, tetapi Dia juga masih
dapat berbicara dan tertawa seolah-olah tidak terjadi apa apa.
Rekan inisiat mungkin
pernah menjadi sasaran kamera dan sorotan lampu selama retret dan
perayaan, dan pada umumnya mereka menolak, bukan karena mereka takut
disorot kamera (bahkan beberapa orang mengharapkannya), tapi karena
mereka tidak dapat menahan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh cahaya
yang silau. Bagaimanapun, tiap kali Guru memberi ceramah, Dia harus
menahan perasaan ini untuk satu hingga empat jam, tergantung pada
keadaan. Adalah hal yang mustahil baginya untuk memikul penderitaan
seperti itu jika bukan karena rasa bakti-Nya yang agung. Kadang kala,
Guru menutup mata-Nya dengan tangan dan berkata, “Saya tidak dapat
melihat Anda karena cahaya ini.” Pada saat itu Dia jelas
kesilauan.
Saya menangis saat
memikirkan penderitaan yang dialami oleh “jendela jiwa” Guru. Dan Saya
bertanya-tanya, saat para inisiat menonton kaset video dan ceramah-Nya
yang fantastis dan penuh humor; akankah mereka juga berterima kasih
pada pengorbanan-Nya yang penuh kasih. ..........Hal Selanjutnya