Dunia Cerita

Hanya Memungkinkan Melalui Keagungan Tuhan…

 

Oleh ‘Duo Happy Yogi’ Cape Town, Afrika (Asal dalam bahasa Inggris)

Saat menerima berita tentang Perayaan Ulang Tahun Buddha, kami ingin ikut serta, tetapi untuk melampaui pemisah yang besar antara Afrika dan Eropa, hanya ada satu rintangan: visa!

Dengan bersenjatakan keberanian dan doa yang tulus, pertama-tama kami menelepon biro perjalanan pada hari berikutnya, hari Senin. “Penerbangan memungkinkan, tetapi perlu waktu untuk membuat visa,” begitu kata biro perjalanan! Sebuah sambungan telepon ke kedutaan memberikan kepastian bahwa permohonan visa memerlukan proses selama tiga minggu! Dan kedutaan hanya buka pada hari Senin, Rabu, dan Jumat dari pukul 09.00-12.00 siang. Hari Senin telah datang dan berlalu, sedangkan hari Jumat adalah hari libur nasional. Hari yang memungkinkan hanyalah hari Rabu! Hati kami sebenarnya merasa pesimis. Bagaimana kami dapat melakukan semua ini? Kami harus mengajukan permohonan (dan menerima!) visa, mengatur perawat rumah, perawat anjing, berkemas, dan pergi pada hari Kamis. Wanita muda di kedutaan berkata bahwa dia dapat melakukan pendekatan dengan anggota staff senior untuk mengetahui apakah dia dapat menerbitkan visa dalam satu hari bila dokumen kami telah beres. Dia berkata bahwa kami dapat meneleponnya kembali pada pukul 8.30 di hari berikutnya. Tercercah sekelumit harapan, namun di antara berbagai macam informasi, kami membutuhkan undangan resmi yang tertulis dan bukti kependudukan dari tuan rumah Eropa! Lalu bagaimana sekarang? 

Tidak perlu diceritakan, doa semakin gencar! Komunikasi dengan center tuan rumah di Eropa juga dikerjakan lembur. Kami menyerah sore itu dan berpikir bahwa tidak ada harapan sama sekali. Pagi berikutnya, kami sepenuhnya menerima kenyataan bahwa kami tidak mungkin pergi. Dalam hati kami sudah menawarkan ucapan selamat jalan kepada perjalanan ini sampai kami membuka email. Di kotak masuk tertulis undangan disertai petunjuk dan tips yang membesarkan hati. Beberapa dokumen akan menyusul pada hari itu. Telepon dari kedutaan juga menunjukkan hasil yang positif dimana anggota staff senior telah setuju untuk menerbitkan visa dalam satu hari asalkan kami mempunyai semua dokumen yang diperlukan. Jadwal kami adalah pukul 9.30 pada hari Rabu di kedutaan. Kami berdoa “Guru, kalau boleh, tolonglah agar permohonan kami berhasil.” 

Ketika malam sudah sangat larut, kami menerima dokumen penting terakhir dari tuan rumah. Dengan sedikit kuatir, kami berangkat menuju ke kedutaan keesokan harinya. Setelah membayar biaya-biaya, wanita kedutaan berkata bahwa dia akan menelepon kami pada saat makan siang. Tanpa berpanjang-panjang, kami meninggalkan kedutaan dan dengan sabar menunggu telepon berbunyi. Pukul 15.30 pada hari itu visa kami telah aman di dalam saku dan kami bisa pergi! Kegembiraan kami tanpa batas! Lebih jauh, setelah bertelepon singkat dengan teman inisiat di bagian lain dari negara kami, kami mendapatkan perawat rumah dan perawat anjing yang sangat baik. Dia bersedia dan dapat ‘terbang’ sesegera mungkin.

Apa yang tampaknya tidak ada harapan dan tak mungkin, tiba-tiba menjadi mungkin dan semuanya terjadi dalam satu hari! Tidak ada yang dapat kami katakan kecuali, “Terima kasih Guru tercinta untuk membuat semuanya menjadi mungkin.”

Pada saat perayaan, kami menyadari bahwa Guru juga menghadapi rintangan dalam perjalanan-Nya. Rintangan kecil kami menjadi tidak berarti saat mendengar bahwa Guru harus bertahan untuk tetap bersama kita. Setelah mendengar semuanya, kami merasa semakin diistimewakan dan diberkati saat berada di sana untuk menikmati kebersamaan dengan Tuhan dan rekan sepelatihan yang lain serta bersenang-senang dalam kasih dan keagungan Guru kita yang tiada batasnya. Sekali lagi terima kasih!