Tanya Jawab Pilihan

 

Percaya akan Kebaikan dan Kebijaksanaan
daripada “Dosa”

Disampaikan oleh Maha Guru Ching Hai,
Panama (Graha Jurnalistik),
29 November 1989, Kaset Video #106

T: Bila kita telah diciptakan oleh Tuhan, bahwa kita juga dewa-dewi, maka apakah tingkatan yang akan kita capai?

G: Kita akan mencapai Tuhan. Kita akan menjadi satu dengan Tuhan, seperti Yesus. Yesus berkata, “Saya dan Bapa adalah Satu.” Kita tidak akan kehilangan identitas kita. Kita hanya kehilangan identitas palsu kita; sehingga kita tahu Hakikat sejati kita. Saya akan menerangkan lebih jelas kepada Anda: kebanyakan waktu, kebanyakan orang mengenali diri mereka dengan tubuh mereka serta kepribadian mereka. Tetapi, kepribadian bukanlah Diri sejatinya. Kepribadian adalah apa yang diajarkan kepada kita sehingga membuat kita percaya akan diri kita yang tercipta melalui akumulasi dari banyak pengalaman maupun pengetahuan yang diturunkan kepada kita dari generasi ke generasi, juga melalui pengaruh masyarakat, lingkungan; serta latar belakang, termasuk latar belakang pendidikan.

Maka, Anda dapat melihat dua saudara yang lahir dalam keluarga yang sama. Tetapi, jenis teman, pendidikan, dan pekerjaan yang mereka miliki membuat mereka memiliki kepribadian yang berbeda. Dan kadang kala kepribadian dapat berubah melalui latihan atau pendidikan yang berbeda. Jadi, kadang kala yang lebih terpelajar berperilaku berbeda daripada yang tidak terpelajar. Sebagai contoh, pramugari penerbangan berperilaku sangat seragam - selalu sopan, selalu tersenyum, itu karena mereka dilatih berperilaku demikian. Kemudian kita mengenal orang tersebut dengan kepribadiannya: “Oh, dia sangat baik; dia seperti begitu; dia sangat ramah; dia sangat sopan.” Kita seharusnya mengatakan inilah latihannya atau latar belakangnya, bukan Dirinya. Semua orang dapat dilatih menjadi seperti itu bila mereka memiliki waktu dan kesempatan.

Maka, ketika kita mengenal Tuhan, atau Hakikat Tuhan dalam batin diri kita, maka kita akan tahu bahwa kita bukanlah apa pun yang kita kira sebelum ini. Kita akan menemukan Diri yang baru. Sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi baru ditemukan. Maka, kita tahu bahwa kita maha pengasih, maha pengampun, maha bijaksana, maha welas asih, tepat seperti Tuhan. Kita akan berenang menembus berbagai sampah pengalaman, prasangka, dan gagasan yang terbentuk sebelumnya, serta menyisihkan semua gagasan maupun dugaan yang salah ini, karena ini diajarkan oleh orang yang bodoh, masyarakat, serta segala macam adat istiadat yang tidak selalu baik dan benar kepada kita. Kemudian kita dapat berseru, “Saya dan Bapa adalah Satu!” Sehingga kita dapat menjadi diri kita sendiri yang sejati, merdeka, lepas dari semua belenggu palsu dari pemahaman yang salah ini. Maka, kita dapat berkata, “Saya sesempurna Bapa di Surga yang sempurna.”

Jadi, jangan percaya akan dosa. Itu hanya tampaknya demikian. Kita harus percaya akan kebajikan, kebijaksanaan, serta warisan Tuhan Bapa kita yang Ilahi, yang bijaksana, yang welas asih, dan penuh kasih. Seperti pembungkus permen ini: (Guru menunjukkan dengan mengangkat permen yang terbungkus) Pembungkusnya mungkin berbeda, tetapi bagian dalamnya manis; permen ini berasal dari perusahaan yang sama. (Semua orang bertepuk tangan) Anda lihat, bila kita tidak memahami semua prinsip ini, maka tidaklah mudah bagi kita untuk mengasihi musuh kita. Tidak mudah memaafkan dosa banyak orang. Lihatlah betapa penting prinsip-prinsip ini? Itulah mengapa saya menyampaikan kepada Anda, bahwa Yesus terkenal, bukan karena mujizat-Nya, tetapi karena prinsip-prinsip-Nya. Dan saya juga menyampaikan prinsip-prinsip yang sama. Apa yang saya sampaikan juga pernah disampaikan oleh semua Guru masa lampau. Saya hanya menyadarkan Anda, dan menjadikannya semakin jelas bagi Anda.