Sejak Januari hingga Maret
2006, Negara Bolivia di Amerika Selatan dilanda serangkaian banjir,
hujan es, salju, dan cuaca dingin yang membekukan. Seperempat juta
warganya terkena dampak dari bencana ini. Banyak korban berjatuhan
terutama karena Bolivia adalah negara termiskin di Amerika Latin.
Masalah semakin menjadi-jadi karena media massa luar negeri luput
memberitakannya. Seorang juru bicara lokal untuk Lutheran World Relief
(Organisasi Bantuan Dunia) menyesali, ”Ini adalah salah satu situasi
yang kita sebut sebagai keadaan darurat yang terlupakan......hanya
sedikit orang yang tahu tentang bencana ini.” 1
Walau demikian, Bolivia
telah menerima bantuan dari satu sumber yang tidak terduga: Uni Eropa
(UE) menyediakan paket bantuan senilai 1 juta euro (1,2 juta dolar AS),
langsung kepada mereka yang paling membutuhkan di daerah paling
terpencil. Pemerintah Bolivia sangat bersyukur atas bantuan yang
diberikan UE, meskipun Bolivia berada di sisi lain dunia dan hampir
tidak memiliki nilai strategis bagi UE, dan berkedudukan di urutan
ke-138 dalam persekutuan dagang. 2
Mengagumkan sekali, UE menyediakan 57 % dana bantuan
tahunan untuk luar negeri kepada Bolivia. Bantuan ini adalah bukti yang
membanggakan atas cita-cita mulia Eropa Baru. Hanya dalam beberapa
dekade, setelah mereka bersatu dengan damai, negara-negara tersebut
menjadi pelopor dalam bantuan kemanusiaan bagi negara-negara lain. UE
menyediakan bantuan luar negeri yang lebih banyak dalam persentase
pendapatan dibandingkan dengan negara-negara di luar UE dan secara
konsisten menempati peringkat tertinggi dalam hal kemurahan hati. Oleh
karena itu, UE mendapatkan kedudukan terhormat dan terpercaya di antara
negara-negara lain.