Para
ilmuwan dan kantor pemerintahan di seluruh dunia kini melaporkan bahwa
lingkungan Bumi sedang berubah secara dramatis dan tak terduga dalam
banyak hal. Pemanasan global, perubahan iklim, pengasaman samudera dan
meningkatnya kekhawatiran akan air merupakan beberapa masalah yang
dibicarakan dalam berita-berita.
Misalnya, Berita BBC
Edisi Dunia baru-baru ini mengemukakan serangkaian artikel mengenai
gejala-gejala ini. Berkenaan dengan perubahan iklim, seksi Berita
Pengetahuan/Alam pada tanggal 12 Agustus 2004 (
http://news.bbc.co.uk/2/hi/ science/nature/3559426.stm ) menyatakan
bahwa pada musim panas lalu ribuan orang mati dalam suatu gelombang
panas di Perancis, dan kondisi serupa diramalkan akan terjadi di Eropa
dan Amerika Utara pada tahun-tahun mendatang. Pada artikel ini, seorang
ilmuwan dari Pusat Nasional Penelitian Atmosfer mengatakan, “Bilamana
iklim berubah maka cuaca ekstrem dan peristiwa-peristiwa iklim yang
sangat dahsyat akan menimpa masyarakat."
Para peneliti percaya
bahwa pemanasan global – memanasnya atmosfer planet karena meningkatnya
karbondioksida di udara – merupakan penyebab masalah cuaca saat ini.
Bilamana karbon dibakar dalam bentuk bahan bakar fosil – batubara,
minyak dan gas – karbondioksida yang tadinya terperangkap di bumi
memasuki atmosfer. Begitu ada di udara, gas itu akan seperti jendela
kaca suatu rumah kaca, menangkap panas matahari sehingga tak bisa
terlepas kembali ke angkasa. Sumber utama dari berlebihnya
karbondioksida di atmosfer adalah bahan bakar untuk transportasi dan
pembangkit listrik. Penggundulan hutan menambah masalah itu, karena
pohon-pohon yang ditebang tidak mampu lagi menyerap karbondioksida dari
udara.
BBC Edisi Dunia juga
mendiskusikan tentang meningkatnya keasaman samudera-samudera (http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/
nature/3571152.stm), menjelaskan bagaimana laut menyerap kelebihan
karbondioksida seperti halnya karet busa. Laporan BBC mengatakan bahwa,
menurut Komisi Kelautan Antar Pemerintah, setiap harinya samudera
menyerap sekitar 20 – 25 juta ton karbondioksida, yang berubah menjadi
asam karbon ketika memasuki air. Dan karena ikan bernapas di air
seperti halnya manusia bernapas di udara, sedikit saja perubahan
keasaman samudera bisa berkonsekwensi pada rusaknya kehidupan di
laut. Bunga karang, kerang dan bahkan plankton, tumbuhan kecil yang
menghasilkan sumber makanan dasar bagi ikan, sangat terpengaruh oleh
meningkatnya keasaman ini.
Sementara itu di
daratan, pembuangan dan polusi dalam ukuran besar terus mengurangi
pasokan air bersih dunia, dan pemanasan global sedang menciptakan
perubahan yang besar atas pola curah hujan, menghasilkan lebih banyak
banjir di sejumlah area dan mengurangi curah hujan di tempat-tempat
lain. Jadi, secara umum, air bersih makin berkurang. Dan karena
pertanian memakai sekitar 70% dari penggunaan air bersih kita, dan
hewan pemakan biji-bijian memerlukan lebih banyak air daripada tanaman
itu sendiri, makan daging segera hanya akan mungkin kalau masyarakat di
negara-negara miskin kehabisan sumber daya untuk bercocok tanam.
Menurut Institut Air
Internasional Stockholm, (http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/3559542.stm)
"Akan hampir tidak mungkin untuk memberi makan generasi masa depan
jenis diet yang sekarang kita dapatkan di Eropa dan Amerika Utara.”
Jadi, selain praktisi Quan Yin yang bervegetarian, masih banyak orang
di dunia masih ingin makan daging hewan, dan begitu terjadi kekurangan
daging di masa depan akan menyebabkan penderitaan di negara-negara kaya
maupun miskin.
Mengapa
masalah-masalah dan bencana-bencana di atas terjadi? Praktisi rohani
tahu bahwa karena keseluruhan alam semesta adalah suatu interaksi
harmonis dari unsur-unsur rohani, emosi dan materi, segala peristiwa
fisik yang menimpa kita merupakan hasil dari karma. Dalam kasus
pemanasan global dan pemborosan sumber daya, kita bisa melihat bahwa
keinginan kita akan kenyamanan fisik pribadi telah membawa kita untuk
mengabaikan keberadaan orang lain, hewan, hutan, udara dan air dimana
semua kehidupan sangat bergantung padanya. Saat kita gagal mendengarkan
Tuhan secara batiniah, Ia bertindak melalui bencana alam di dunia luar
untuk membangunkan kita. Jadi, melalui alam kita harus mengalami
retribusi bilamana kita sombong, tamak atau lalai.
Sebagai contoh, kita
senang mengendarai mobil, tinggal dalam rumah yang berpendingin udara
dan bekerja serta bermain di kota besar yang dipasok dengan makanan,
air dan listrik, Kadang kala kita cenderung tidak memperhatikan polusi
yang kita ciptakan melalui aktivitas-aktivitas ini. Dan kita hanya
berpikir sekilas saja dari mana sumber daya kita berasal. Para insinyur
dan teknokrat yang merancang dan mengatur teknologi kita, serta
perusahaan dan petugas pemerintah yang mengendalikannya seringkali kali
tergoda dengan kepentingan pribadi ataupun finansial. Mereka gagal
mempertimbangkan pengaruhnya pada bumi ini. Tetapi, kini para ilmuwan
sedang mengangkat masalah-masalah yang dihasilkan oleh kemajuan
teknologi untuk jadi perhatian kita; kita haruslah mengubah semua
kebiasaan kita untuk membuatnya selaras dengan Tuhan serta alam.
Pencerahan adalah
jawaban atas segala masalah; kita tahu ini dari pengalaman kita sendiri
sebagai praktisi Quan Yin. Tapi kita harus menjadi tercerahkan sebagai
suatu spesies juga. Maha Guru Ching Hai mengatakan bahwa untuk
benar-benar mengerti cara kerja alam semesta, kita haruslah menjadi
satu dengan Tuhan.
Oleh karena itu, dari
pandangan ketuhanan, suatu bencana alam yang menimpa kemanusiaan
kembali ke Zaman Batu barangkali lebih baik dari pada suatu perang
nuklir buatan manusia atau kecelakaan genetik yang menghancurkan
seluruh kehidupan di atas planet ini. Kalau kita tidak tahu bagaimana
menggunakan mainan teknologi kita dengan bijak, karena cinta-Nya maka
Tuhan akan mengambilnya semua.
Akhirnya, kini ada
sekitar enam milyar manusia di planet ini. Sebagai suatu spesies, kita
memang sedang berkembang, tapi kita haruslah meningkatkan kebiasaan dan
pemikiran kita kalau kita berharap untuk mengatur dunia dengan benar
pada masa yang akan datang. Selama kita bertindak tanpa mendengarkan
Tuhan, maka kita akan menanggung akibat karma. Tapi kalau kita bisa
melihat Tuhan di alam dan bertindak sesuai dengan-Nya, belajar dan
tumbuh pada Zaman Emas pasti akan membahagiakan.