Spiritual Interludes

Hsihu - Shangri-La

Oleh Saudara inisiat Nick dari Selandia Baru (Asal dalam bahasa Inggris)

Saat mengenang kembali perjalanan saya baru-baru ini ke Ashram Hsihu di Miaoli, Formosa, selama meditasi kelompok pada Tahun Baru China itu, kadangkala saya membandingkan diri saya dengan karakter Richard Conway dalam film Lost Horizon tahun 1973. Setelah dengan enggan meninggalkan Surga Shangri-La yang menakjubkan, semua yang dia ceritakan dan impikan kembali ke sana, meninggalkan di belakang semua masalah dan kerumitan dunia.

Segera setelah tiba di Ashram Hsihu, saya masuk dalam situasi retreat. Saya tidak ingin terlalu banyak berbincang-bincang, saya tetap makan sedikit, dan segala yang saya lakukan hanya untuk berupaya bermeditasi antara 16-24 jam sehari. Fokus saya hanya dalam batin. Sangat sedikit gangguan dari luar. Pada bagian pertama retreat, saya banyak memarahi diri sendiri karena kelemahan manusia yang saya bawa terlalu lama. Seperti halnya nyeri lutut yang berkurang setelah satu atau dua hari, begitu juga dengan kebiasaan pola pikir yang mengganggu saya. Menciptakan gambaran dalam hidup saya, masa depan, hasil dan kemungkinannya menjadi tidak sesuai di dalam suasana berkah yang kuat. Saya sangat bahagia berada di Hsihu.

Selama bagian kedua retreat saya, saya menyiapkan diri beberapa jam sehari untuk menjadi penjaga di pintu masuk utama. Tak pelak, ini membuat saya bertemu dengan beberapa penetap di Hsihu. Saya mencatat ketika mereka berhenti untuk bercakap-cakap, bagaimana kepedulian, sopan dan rendah hatinya mereka dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga. Menunjukkan kepada saya betapa nyatanya kasih dalam tindakan. Itulah pertanyaan yang saya bawa selama beberapa waktu tentang bagaimana, dalam latihan rohani, memperlakukan diri sendiri dengan kasih dalam arti yang lebih luas.

Retreat di Hsihu baru-baru ini adalah yang terbaik dari yang pernah saya hadiri. Meski saya tidak bertemu dengan Guru, sering kali saya menemukan pertanyaan yang terjawab dalam salah satu video Guru yang diputar selama sesi tersebut. Keberadaan Guru yang sebelumnya lama tinggal di sana dan jaringan Garis Berkah Spiritual di Miaoli membuatnya menjadi tempat berlindung yang sangat spesial. Setelah pulang, saya dapati menguatnya kualitas baik dalam diri saya, lebih sabar dan lebih mengasihi, dan ilusi karma yang sebelumnya melukai saya kini berkurang.

Meskipun kisah Shangri-La hanyalah kiasan dari kerinduan akan surga rohani di atas dunia materi ini, bagi saya, ini sungguh menakjubkan karena dapat mengetahui bahwa Surga juga hadir di planet ini, dimana bagi mereka yang merindukan untuk mengistirahatkan jiwa mereka dan terhubung dengan kesadaran termurni, juga dapat melakukannya dalam lingkungan yang tenang, di lingkungan keluarga yang baik hati.