Topik Hangat
Hentikan Produksi Ternak
- Tempat Pembiakan Virus
   
Disusun dari Supreme Master Television (Asal bahasa Inggris)

Pada tanggal 11 Juni 2009, dua bulan setelah laporan pertama infeksi flu H1N1 (pada mulanya disebut flu babi) pada manusia di Amerika Utara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaikkan siaga pandemi hingga tahap keenam – tingkat tertinggi – karena infeksi tersebut menyebar ke Amerika Serikat, Eropa, Australia, Amerika Selatan, dan tempat lainnya. Di seluruh dunia, flu H1N1 telah merenggut 2.594 jiwa sejak bulan April 2009,  dari 254.947 kasus yang secara resmi dilaporkan di sekitar 180 negara per tanggal 25 Agustus dengan jumlah kematian yang terus meningkat. Sekitar setengah dari korban yang meninggal adalah anak berusia muda dan sehat sebelumnya, dan biasanya tidak rentan terjangkit flu. Ini adalah wabah flu global pertama sejak 41 tahun terakhir. Pandemi terakhir adalah flu Hong Kong pada tahun 1968, yang membunuh 1 juta orang di seluruh dunia.

Mr. Paul Stamets

Pada bulan November 2008, jauh sebelum wabah flu yang sangat berbahaya ini muncul, ahli studi tentang jamur Tuan Paul Stamets, penasihat Falkutas Ilmu Kedokteran Universitas Arizona, AS, menyampaikan kepada Supreme Master Television untuk mengantisipasi ancaman pandemi global yang muncul dari pemeliharaan babi. Tuan Stamets menyatakan,   “Ini adalah skenario yang paling menakutkan sehingga kebanyakan  ahli virus sangat kuatir: babi dan burung akan menulari babi, dengan kedua jenis virus flu. Pada babi, virus flu lalu bergabung kembali dan babi itu kemudian akan memiliki virus baru yang akan menular dari manusia ke manusia. Ini bukan hanya mungkin, ini sangat mungkin bahwa pandemi  flu akan menular  dari manusia ke manusia dalam sepuluh tahun ke depan. Ini adalah ancaman terbesar terhadap ‘keamanan-hidup’ bangsa-bangsa di seluruh dunia!” 

Flu H1N1 adalah rantai virus influenza yang baru yang pertama kali ditemukan pada manusia di Amerika Serikat pada bulan April. Pada awalnya disebut sebagai “flu babi” karena pengujian laboratorium menunjukan bahwa gennya sangat mirip dengan virus influenza yang umumnya terdapat pada babi-babi di Amerika Utara. Namun, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa virus baru ini sebenarnya adalah rangkaian campuran genetik yang tidak umum dari empat jenis virus flu yang berbeda – flu babi Amerika Utara, flu burung Amerika Utara, flu manusia, dan flu babi Eropa Asia. Virus baru dihasilkan ketika babi terinfeksi semua jenis virus ini pada saat yang sama, yang bergabung kembali di dalam tubuh babi. 

Dengan membandingkannya dengan flu biasa yang membunuh sekitar 250.000 hingga 500.000 orang setiap tahun, pandemi ini muncul dalam tingkatan biasa-biasa saja saat ini, terutama di negara-negara yang sudah maju. Namun, menurut WHO kita harus bijaksana untuk mengantisipasi gambaran yang lebih suram ketika virus tersebut menyebar ke daerah-daerah yang sumber dayanya terbatas, pelayanan kesehatan yang tidak baik, dan prevalensi tinggi masalah kesehatan pokok. Selain itu, saat ini belum diketahui dengan pasti bagaimana virus baru ini dapat menjangkiti manusia selama musim influenza mendatang pada musim gugur dan dingin.

Dr. Margaret Chan

Para ahli takut bahwa virus yang ada sekarang dapat bermutasi menjadi bentuk yang lebih mematikan dan muncul kembali dengan kekuatan yang lebih menakutkan daripada gelombang-gelombang berikutnya. Infeksi ini akhirnya dapat pecah menjadi pandemi flu seperti tahun 1918 atau bahkan lebih buruk yang merenggut antara 50 sampai 100 juta jiwa.

Baru-baru ini, pada tanggal 29 Agustus, Direktur Jenderal WHO Dr. Margaret Chan  melaporkan bahwa perjangkitan terakhir  dari flu babi ini menyebar dengan kecepatan yang mengejutkan—empat kali lebih cepat dari rasio virus-virus lainnya. “Virus ini berpindah dengan kecepatan yang luar biasa, kecepatan yang belum pernah terdengar sebelumnya. Dalam enam minggu, ia menempuh jarak yang sama dengan jarak yang dapat ditempuh oleh virus-virus lainnya selama enam bulan. Empat puluh persen kematian terjadi pada orang dewasa muda yang dalam kondisi sehat dan tiba-tiba meninggal karena demam yang disebabkan oleh virus selama lima sampai tujuh hari. Ini adalah fakta yang paling mencemaskan.”

Para ilmuwan berbeda pendapat tentang asal virus baru ini dan tidak ada fakta sebenarnya yang ditemukan. Secara umum dipercaya bahwa kondisi tempat tinggal bersama antara manusia, ayam, bebek, dan babi di peternakan merupakan tempat perkembangbiakan bagi rantai virus yang baru dan kondusif bagi spesies-spesies transisi. Di pabrik peternakan modern dimana ribuan hewan berdesak-desakan dalam kandang kotor seukuran lapangan sepak bola kadang berbaring dengan moncong yang dekat dan bersentuhan dengan kotoran mereka sendiri, hal ini juga dapat menjadi tempat perkembangbiakan penyakit itu sendiri, menurut Dr. Michael Gregor, seorang dokter dan Direktur Kesehatan Umum dan Peternakan Hewan bagi Lembaga Prikemanusiaan Amerika Serikat. Ia juga mengatakan, “Satu-satunya masa dimana kita pernah melihat virus flu babi seperti yang sedang kita hadapi sekarang—mutasi triple-hybrid yang terkandung dalam gen babi, manusia, dan burung—ada di pabrik peternakan Carolina Utara pada tahun 1998.”

Dengan kondisi hewan yang banyak dikurung di tempat kecil dan dalam keadaan stres serta tidak berperikemanusiaan, dengan begitu sekali virus masuk ke dalam populasi tersebut maka akan cenderung menyebar daripada di tempat yang leluasa. Di samping itu, hewan-hewan ini diperlakukan dengan kejam dan dianiaya untuk mendapatkan dagingnya dan mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena diberi makanan yang tidak tepat dan tidak sehat, hanya diberi sedikit kebebasan bergerak atau bahkan tidak sama sekali, serta terus dalam keadaan stres. Oleh karena itu, virus-virus tumbuh dengan subur karena hewan-hewan ini memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit. Hewan-hewan tersebut kebanyakan dipelihara di tempat yang gelap sehingga virus-virus itu dapat berkembang dengan cepat karena tidak ada cahaya matahari yang memiliki sinar UV yang dapat menetralisir virus. Di samping itu, penggunaan antibiotik secara besar-besaran dan berlebihan oleh para peternak untuk mengatasi penyakit pada hewan-hewan tersebut hanya memperburuk keadaaan, karena “antibiotik menekan infeksi bakteri namun dapat memungkinkan terjadinya evolusi atau mutasi virus dengan cepat,” ujar Robert P. Martin, mantan Direktur Eksekutif Komisi Gereja pada Produksi Perindustrian Hewan Ternak. Transportasi hewan  selama proses produksi daging, terutama pada zaman modern juga meningkatkan kemungkinan virus tersebut menjangkiti manusia serta hewan lainnya sehingga meningkatkan kesempatan bagi rantai virus yang baru untuk berkombinasi dan memungkinkan flu menjadi lebih ganas.

Pemeliharaan hewan untuk mendapatkan dagingnya bukan saja kejam terhadap hewan namun juga mempertinggi kemungkinan memproduksi virus-virus baru. Sebuah studi menunjukkan adanya korelasi 99 persen antara jumlah peternakan babi dengan jumlah kasus flu babi pada manusia di tingkat provinsi. Dengan kata lain, flu babi jauh lebih banyak ditemukan dan parah di daerah-daerah yang ada industri peternakan babi. Dua artikel Huffington Post AS baru-baru ini menyoroti perlunya lebih banyak perhatian pemerintah dan media terhadap asal-usul tersangka penderita flu babi di peternakan hewan skala industri dengan menyatakan, “Pandemi ini mengingatkan kita bahwa metode  pemeliharaan hewan sekarang penuh dengan risiko terhadap kesehatan manusia. Sebagai bagian dari usahanya untuk mengurangi malapetaka pandemi flu, Kongres harus menerapkan pertangguhan nasional terhadap pengoperasian industri hewan.” Artikel tersebut mendesak investigasi terhadap “asal usul pembiakan penyakit beracun ini.”

Jika kita ingin agar virus tersebut lenyap, kita tahu bahwa solusi dasar tetap barada pada penerapan gaya hidup vegan organik untuk menyingkirkan risiko infeksi yang terkait dengan hewan untuk memulihkan vitalitas seluruh umat manusia. Semoga hari itu segera datang dimana tidak ada lagi penyakit-penyakit fatal seperti ini yang berasal dari hewan, seiring masyarakat semakin berpaling kepada pola makan vegan organik yang aman dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Sumber:
http://www.who.int/mediacentre/news/statements/2009/
h1n1_pandemic_phase6_20090611/en/index.html
http://www.calnurses.org/media-center/in-the-news/2009/june/h1n1-swine-flu-has-infected-an-estimated-1-million-in-u-s.html

Untuk menyaksikan wawancara Supreme Master TV tentang ancaman pandemi global yang disebabkan oleh industri peternakan babi, silakan kunjungi: http://video.Godsdirectcontact.net/magazine/AW999.php

Selamatkan Hewan dari Eksploitasi (SAFE): Kampanye Cinta Babi Selandia Baru:
http://video.Godsdirectcontact.net/magazine/AW1034.php