Antara Guru
dan Murid-Murid
Oleh
Anak Samudera, Cina Daratan (Asal dalam bahasa Cina)
Guru pernah berkata
bahwa perasaan cinta memberikan kesan yang dalam di antara manusia, dan
itulah yang selalu terjadi pada diri saya. Cinta saya memberi kesan
yang luar biasa dalam. Karena itulah saya menjadi sangat menderita.
Terutama pada dua hubungan yang gagal yang telah mengubah seorang
pemuda yang penuh semangat menjadi seorang yang kelihatan sedikit tua,
dan pada saat itu hanya saya yang mengetahui betapa menyedihkannya
kehidupan saya. Selain itu, dalam keadaan setengah sadar, pikiran saya
menyadari bahwa kejadian ini merupakan salah satu sebab rantai
frustrasi dalam kehidupan saya.
Sejak kecil, saya
adalah seorang anak yang selalu rajin belajar supaya berhasil di dunia
ini. Saya menuntut kesempurnaan dan kemantapan dalam segala hal, dan
sikap ini yang mengarahkan saya pada impian yang tinggi dalam hal
percintaan. Saya terus berusaha keras mengikat seorang kekasih dan
mencoba untuk terus mempertahankan hubungan dengan segala macam cara.
Sebelum saya diinisiasi, saya mendapat seorang pacar untuk yang pertama
kalinya, dan kami bersumpah bahwa cinta kami akan bertahan untuk
selamanya. Sebelumnya saya tidak tahu bahwa hubungan duniawi itu hanya
bersifat sementara, hingga suatu hari saya merasakan patah hati ketika
dia meninggalkan saya setelah beberapa saat kemudian. Keadaan menjadi
lebih buruk ketika sebuah masalah serius turut menimpa keluarga saya.
Rasanya seperti sebuah jarum besi yang panjang telah menusuk hati saya.
Kesedihan di dalam akibat dari kebodohan, telah mengubah hidup saya dan
saya bersumpah untuk menemukan kehidupan abadi atau kekasih abadi. Jika
tidak, keberadaan saya tidak mempunyai arti.
Di saat-saat itu, saya
diinisiasi ke dalam Metode Quan Yin hingga menjadi penuh dengan
semangat dan impian-impian romantis itu mulai bangkit kembali.
Kehidupan demi kehidupan saya telah terperangkap di dalam perbudakan
akan pencarian cinta yang romantis, yang menjauhkan saya dari
pencapaian pembebasan. Akan tetapi, pikiran saya tidak sudi menyerah di
dalam pencarian. Walaupun usaha saya selalu mengalami kegagalan, saya
menolak untuk menyerah atau menjadi sadar. Sehingga saya memulai lagi
sebuah hubungan cinta yang penuh sensasi, dan sayangnya sekali lagi
berakhir dengan tragis. Saya tidak pernah mendambakan ketenaran,
kekayaan atau status sosial--impian saya hanyalah mencari kekasih yang
abadi.
Jadi, pada hari
Valentine 2004, saya berjuang dengan kepedihan, karena semua harapan
dan impian saya sirna kembali, dan saya mulai berdoa kepada Guru,
berkata, “Oh, Guru! Jiwa yang sengsara ini sekarang sepenuhnya aku
serahkan ke dalam tangan-Mu. Aku telah kehabisan akal!” Kemudian dalam
keheningan, Guru dengan lembut menenangkan saya pada jiwaku yang paling
dalam dan berkata, “Tinggalkanlah asmaramu, anakku! Akulah kekasih
sejati yang selama ini engkau cari!” Setelah mendengar kata-kata yang
mencerahkan ini, airmata mengalir dari mata saya, menghapus semua
kesedihan dan kepedihan yang telah saya kumpulkan selama banyak masa
kehidupan.
Guru, kecuali Engkau,
siapa lagi yang dapat aku jadikan sebagai kekasih yang sejati? Siapa
lagi yang sudi tinggal bersamaku dari kehidupan ke kehidupan tanpa
pernah meninggalkanku? Hanya Kau, Guru! Kau adalah kasihku untuk
selamanya! Sekarang saya berada dalam keheningan dan kebahagian yang
sempurna dan bukan lagi jiwa yang terpojok di dalam kesengsaraan dan
perjuangan. Demi keabadian, saya hanya akan mengikuti-Mu dan terus
menerobos berbagai kesusahan untuk tetap berada di sisi-Mu!