Spoken by Supreme Master Ching Hai,
Hsihu, Formosa, April 29, 1989 (originally in Chinese)


Dari mana asal ego? Kita dapat mengatakan bahwa ego merupakan semacam kepribadian, suatu sikap mental. Dari mana asal kepribadian? Kepribadian bukan hal yang besar; bukan Diri Sejati kita; bukan juga Hakikat Tuhan kita yang tercerahkan. Hanya kepribadian kita, yang  terlahir dari kebiasaan-kebiasaan yang terkumpul secara terus-menerus. Setiap kali kita lahir, apakah sebagai seorang manusia, seekor hewan liar, suatu makhluk Surgawi, suatu makhluk neraka, seekor hewan piaraan atau setan, kita memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu. Masing-masing makhluk memiliki kebiasaan-kebiasaannya sendiri dan itu semua dipelajari.

Sebagai contoh, bila kita macan, tentunya kita akan menjadi bengis. Setiap hari kita akan berburu makanan dan membunuh hewan. Itu cara kita hidup pada masa kehidupan itu. Maka jika kita segera terlahir kembali sebagai seorang manusia setelah meninggal sebagai seekor macan, jejak-jejak sifat hewan yang ganas akan membekas. Kita akan memiliki watak yang garang, suka melahap daging dan menjadi sangat jahat. Kita tidak akan mudah cocok dengan sesama atau mudah memaafkan, dan kita menyukai pertengkaran dan selalu melakukan hal-hal yang remeh secara berlebih-lebihan.

Bila setelah kehidupan kita sebagai macan berakhir, dan kita dilahirkan kembali sebagai hewan yang lain, mungkin yang lebih lembut seperti seekor domba, tentunya, kita akan berbeda cara hidupnya dan menjadi sangat lembut. Bahkan bila sifat-sifat macan masih ada dalam hewan itu, akan memiliki kesempatan kecil untuk timbul. Kita perlahan-lahan akan melupakannya dan kemudian sifat jahat ini akan berkurang. Kita akan berhenti membunuh dan memakan daging. Sifat-sifat hewan dan naluri membunuh kita akan berkurang. Bila, setelah kita meninggalkan tubuh domba, kita dilahirkan lagi sebagai domba yang lain, kita akan menjadi lebih lembut lagi dan cara kita melalui kehidupan yang lain menjadi lebih manis.

Bila kita dilahirkan kembali sebagai seorang manusia setelah kehidupan kita sebagai domba telah berakhir, tentunya kita akan lebih nampak seperti domba. Kita akan menjadi sangat lembut, dan tidak nampak sangat mengerikan. Kita akan menjadi patuh dan mudah dikendalikan serta mudah bergaul dengan yang lain! Lidah kita akan mudah puas. Kita mungkin lebih suka mengkonsumsi rumput-rumputan dan mencari sayur-sayuran. Maka kita dapat melihat bahwa tiap-tiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda karena telah mengumpulkan berbagai kebiasaan sendiri-sendiri.

Selama perwujudan kita sebagai hewan, saat kita meninggal sebagai macan dan dilahirkan secara berulang-ulang sebagai macan yang lain atau sebagai hewan bengis yang lain seperti serigala atau ular sebelum kita akhirnya dilahirkan kembali sebagai manusia, sifat-sifat kita tidak akan jauh berbeda dari sifat-sifat setan. Itu sebabnya kita menjumpai sebagian orang sangat bengis tanpa alasan, dan hampir tidak mungkin berhubungan dengan mereka. Karena mereka baru saja berpindah dari kehidupan seekor hewan dan mengenakan tubuh yang baru. Mereka telah dilahirkan secara berulang-ulang sebagai seekor hewan, dan sangat sering sebagai hewan yang bengis. Ini bukan kebetulan. Jika tidak, mengapa tidak setiap orang dilahirkan kembali sebagai seekor hewan, saat terus dilahirkan kembali sebagai seekor hewan yang bengis? Mungkin karena sebelum mengambil bentuk hewan, mereka menyemai banyak hal-hal buruk, telah mengambil terlalu banyak kehidupan atau tertekan dalam situasi karena takdir dan membiarkan kekerasan menguasai mereka.

Hal. Selanjutnya  >>